
Cepu – Pemerintah Kabupaten Blora menunjukkan kepedulian nyata terhadap warga terdampak bencana di Kelurahan Cepu. Pada Sabtu, 6 Desember 2025, Wakil Bupati Blora Sri Setyorini bersama istri Bupati Blora, Hj. Ainia Salichah, dan Kepala Dinas Sosial P3A, Luluk Kusuma Agung Ariadi, turun langsung ke lokasi bencana untuk menyerahkan bantuan sekaligus mendengarkan aspirasi warga.
Rombongan disambut Camat Cepu Endah Ekawati, Lurah Cepu Eki Novita, jajaran Polsek dan Koramil Cepu, serta sejumlah warga yang menaruh harapan besar pada kunjungan ini.
Kunjungan dimulai dengan penyerahan bantuan di Kantor Kelurahan Cepu. Paket sembako dari Pemkab, BPBD, dan PMI diberikan kepada warga terdampak. Selain itu, Baznas Blora juga menyalurkan santunan tunai sebesar Rp1 juta untuk meringankan beban warga.
Wakil Bupati Sri Setyorini menyampaikan rasa duka mendalam atas musibah yang menimpa warga Cepu.
“Kami hadir untuk bertemu panjenengan secara langsung dan meninjau lokasi longsor. Semoga warga tetap tabah dan lapang dada menghadapi cobaan ini,” ujar Wabup, yang hadir mewakili Bupati.
Usai penyerahan bantuan, rombongan meninjau titik longsor. Di lokasi inilah Ketua RT 04, Sugiyanto, menyampaikan berbagai persoalan yang dihadapi warga dengan nada tegas namun penuh harap.
Sugiyanto menekankan dua hal penting:
- Kejelasan Status Dampak Bencana
Ia meminta Wabup melihat langsung kondisi rumah warga untuk memastikan pendataan dilakukan secara objektif, bukan sekadar klaim bahwa mereka “terdampak atau tidak terdampak”. - Solusi Jangka Panjang
Sugiyanto menilai kerentanan longsor dipicu proyek normalisasi talud tahun 2024 yang terhenti. Ia meminta Pemkab mencari solusi permanen, bukan sekadar upaya darurat.
Ia juga menjelaskan bahwa pendataan awal oleh tim gabungan (PUPR, BBWS, BPBD) hanya memprioritaskan 16 rumah yang rusak berat, sementara warga lain yang terdampak di RT 03 belum sepenuhnya terakomodasi.
Sugiyanto turut mengapresiasi langkah cepat Kapolres Blora yang langsung mengevakuasi warga pada saat bencana, karena mengutamakan keselamatan jiwa.
Menanggapi aspirasi warga, Wabup menyatakan siap membawa laporan lengkap ke Bupati Blora.
“Kami sangat berterima kasih atas masukan yang disampaikan. Untuk penanganan talud, PUPR dan BBWS sudah melakukan pengecekan dan akan segera menindaklanjuti,” kata Sri Setyorini.
Untuk hunian sementara, Pemkab akan mengarahkan warga yang rumahnya hancur ke Rusun, sembari menunggu keputusan penanganan jangka panjang.
Dalam dialog tersebut, muncul pula keluhan warga terkait bantuan tanah tahun 2009. Seorang warga, Ibu Juni, dengan suara bergetar mengaku harus membayar Rp3,5 juta untuk bantuan tanah yang seharusnya gratis.
Ketua RT 04 meluruskan bahwa dari 16 korban longsor saat ini, hanya 7 orang yang pernah menerima bantuan tersebut. Ia menegaskan bahwa bantuan yang “harus dibayar” itu bukanlah bantuan murni.
Kunjungan diakhiri dengan penyerahan Bantuan Pembangunan Rumah Khusus bagi tiga warga yang telah memiliki lahan di lokasi lain. Masing-masing menerima bantuan Rp20 juta dari Baznas untuk memulai pembangunan rumah baru.
Selain itu, seluruh warga terdampak mendapatkan paket sembako dan santunan tunai.
Kehadiran Pemkab Blora di tengah situasi darurat ini menjadi angin segar bagi warga. Selain menyalurkan bantuan, pemerintah menunjukkan komitmen untuk menuntaskan persoalan bencana secara menyeluruh.
Warga Cepu berharap kunjungan ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi langkah awal menuju solusi nyata atas potensi longsor yang mengancam permukiman mereka.




