
BENCANA KEKERINGAN: Warga Kelurahan Jurangjero Kecamatan Bogorejo mengalami krisis air bersih di tengah musim kemarau. (ARIF FAKHRIAN KHALIM/RADAR KUDUS)
Blora – Bencana kekeringan dan krisis air belum usai di seluruh wilayah Kabupaten Blora.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora melaporkan, jumlah warga terdampak kekeringan mencapai 481.149 jiwa.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Blora Abdul Mukhid menyatakan, seluruh kecamatan masih mengalami krisis air.
Kekeringan tersebar di 16 kecamatan, meliputi Blora Kota, Jepon, Jiken, Jati, Randublatung, Ngawen, Tunjungan, Kunduran, Todanan, Cepu, Banjarejo, Bogorejo, Sambong, Japah, Kedungtuban, dan Kradenan.
”Dari 16 kecamatan itu, dari data yang ada di BPBD Blora hanya 196 desa yang dilaporkan mengalami krisis air. Jumlah tersebut lebih banyak daripada tahun lalu yang hanya 185 desa,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kekeringan tersebut berdampak pada 481.149 jiwa.
Mereka memperoleh informasi data tersebut berdasarkan laporan kasi Ketenteraman dan Ketertiban setiap kecamatan.
”Data itu (terdampak kekeringan, Red) kami kumpulkan untuk melakukan upaya droping air di sejumlah desa atau kelurahan yang terparah,” ujarnya.
“Data yang disetorkan akan bertambah atau berkurang setiap waktu, sesuai dengan kondisi air di daerah itu,” ucapnya.
Ia menyatakan, selama bencana kekeringan ini masih berlangsung, BPBD Blora, relawan, dan penggiat kemanusiaan terus melakukan droping air.
”Sampai saat ini belum ada rapat, koordinasi, dan komunikasi terkait kapan berakhirnya musim kemarau. Kami berharap masyarakat Blora terus bersabar dan berdoa agar bencana kekeringan ini segera usai,” harapnya.
Sumber Berita : Radar Kudus




