
Blora – Cagar budaya situs Ngloram Di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora merupakan peninggalan era kerajaan Lwauram (Ngloram ejaan sekarang).
Situs juga merupakan situs Wura-wari yang berkaitan dengan Haji Wura-wari. Ia adalah penguasa bawahan yang pada tahun 1017 menyerang Kerajaan Mataram Hindu. Saat itu Kerajaan Mataram Hindu berpusat di daerah Maospati, Magetan, Jawa Timur. Serangan dilakukan ketika berlangsungnya pesta pernikahan putri Darmawangsa Teguh dengan Airlangga yang juga merupakan keponakan raja.
Membalas dendam atas kematian istri, mertua, dan kerabatnya, Airlangga yang lolos dari penyerangan dan tinggal di Wanagiri (di daerah perbatasan Jombang-Lamongan), akhirnya balik menghancurkan Haji Wura-wari [ singkat Cerita ].
Meski sudah terdaftar sebagai situs cagar budaya yang dilindungi, kondisi saat ini di lapangan agak lumayan bagus dan terawat serta tidak terasa tintrim atau menakutkan. Daripada tahun 2021 lalu, sekarang sudah di bangun pendopo. Dan setiap hari minggu pagi ada pasar krempyeng yang dikelola pemdes.
“Hanya ada papan nama bertuliskan budaya situs Ngloram di pinggir jalan. Terkait papan informasi sejarah situs belum ada, juga belum ada lampu penerangan dan belum ada pagar pembatas di situs,” kata Beni Diro Susanto, Kepala Desa Ngloram.
Diro berharap adanya perhatian khusus dari Pemkab Blora untuk menata situs sejarah di desanya. Mengingat hal itu merupakan tinggalan sisa sejarah penting yang harus dijaga dan dilestarikan.
“Saya berharap ada perhatian khusus dari pemkab untuk menata situs Ngloram ini, menjadi destinasi wisata sejarah atau religi yang layak untuk dikunjungi. Terlebih tidak jauh dari lokasi juga ada Bandara Ngloram, yang mudah-mudahan akan ada banyak kunjungan wisata jika penataannya baik,” tuturnya.
Diro menjelaskan, untuk kebersihan sehari – hari di lokasi itu terdapat juri kunci yang bertanggung jawab.
“Ada juru kuncinya. Juru kunci kita beri tanah garapan bengkok di desa sebagai timbal balik jasanya membersihkan dan menjaga situs itu,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Blora, Slamet Pamuji juga pernah mengatakan, plan atau rencana penataan di situs sudah ada dan tinggal penerapannya saja.
“Sebenarnya rencana penataan itu sudah ada. Tidak jauh dari sana juga ada situs Jipang. Nanti akan menjadi satu kawasan wisata sejarah atau religi. Orang datang ke sana kan bisa berkunjung ke dua tempat itu (Ngloram dan Jipang). Tinggal menunggu anggarannya. Mudah mudahan tahun depan bisa terealisasi,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Blora pada tahun 2021 .H. Arief Rohman juga pernah mengatakan akan menata situs Ngloram sebagai destinasi wisata religi.
“Kebetulan menurut cerita di sana kan ada makam dari Sunan Ngudung, Yang merupakan ayah dari Sunan Kudus. Nanti akan tata lagi sebagai kawasan wisata religi,” terangnya.
Di lokasi tersebut juga terdapat batu bata kuno yang berserakan dan bertumpuk di satu lokasi. Batu bata itu berukuran 20 x 30cm dengan tebal sekitar 4 cm. Bahkan di lokasi itu juga pernah ditemukan keramik serta peralatan perunggu yang kini temuan itu tersimpan di rumah artefak Blora
Seorang pengujung bercerta,di dalam lokasi Situs Ngloram terdapat dua Punden. Penduduk setempat menyebutnya sebagai punden Nglinggo dan Punden Ngloram. Yang setiap setahun sekali mengadakan sedekah bumi, untuk mendo’akan dan ngalap berkah dengan membawa nasi tumpeng dan punjungan.




