
Blora – Wakapolri Komjen Agus Andrianto menjadi satu-satunya jenderal polisi aktif yang dipanggil oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto ke kediamannya di bilangan Kertanegara, Jakarta Selatan.
Sosok jenderal bintang tiga Polri itu terlihat di Kertanegara pada pukul 19.20 WIB.
Hal itu diketahui setelah pada Senin (14/10), Agus menemui Prabowo dan membahas beberapa hal.
Agus menyampaikan bahwa dalam pertemuan itu. dia menyampaikan beberapa hal mengenai kebijakan Prabowo di masa yang akan datang.
Termasuk di antaranya yang terkait dengan arah pembangunan selama lima tahun ke depan.
“Beliau (Prabowo) tadi menyampaikan kepada saya apakah kalau bertugas untuk membantu beliau (saya) siap,” terang Agus.
Perwira tinggi Polri yang masih aktif bertugas itu pun menyatakan bahwa dirinya tentu akan siap bila Prabowo memintanya untuk mengabdikan diri bagi bangsa dan negara.
”Tentunya sebagai prajurit Bhayangkara saya siap untuk mengabdikan diri bagi bangsa Indonesia,” kata dia.
Namun demikian, Agus juga belum bisa mengungkap tugas yang bakal diberikan oleh Prabowo kepada dirinya.
Komjen Pol Agus Andrianto, lahir 16 Februari 1967 di Blora, Jawa Tengah, kini menjabat sebagai Wakapolri sejak Juni 2023.
Sebelum ini, ia menjabat sebagai Kabareskrim Polri dan dikenal berpengalaman di bidang reserse sejak lulus Akpol 1989.
Agus Andrianto adalah anak ke-11 dari 12 bersaudara, dengan ayahnya, Sukarsono, seorang PNS di Blora.
Dalam kehidupan pribadinya, ia menikah dengan Evi Celiyanti dan memiliki tiga anak: Andre Azhar, Starrisya Andhita, dan Flowrenia Andhyta.
Kariernya mencakup posisi strategis seperti Kapolres Tangerang, Kapolda Sumut, hingga Kabareskrim.
Pendidikan umum Agus termasuk SDN 1 Tempelan, SMPN 1 Blora, dan SMAN 1 Blora, serta S2 Ilmu Hukum di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Di kepolisian, ia telah menempuh pendidikan Akabri, PTIK, hingga Sespimti.

Penyesalan Sang Jenderal
Meski sudah menyandang status sebagai orang nomor dua di Polri, hal itu tak lantas membuat Komjen Pol Agus Andrianto bahagia.
Pasalnya, putra asli Blora itu ternyata punya penyesalan mendalam selama menjadi Wakapolri.
Wakapolri Komjen Pol Agus Andrianto merasa belum bisa membahagiakan sang ibunda.
Sehingga, ia merasa menyesal sekalipun sudah menjadi orang penting di kancah nasional.
Untuk diketahui, jenderal bintang tiga Polri itu merupakan anak ke-11 dari 12 saudara.
Dari 11 saudaranya itu Andri -sapaan masa kecil Komjen Agus Andrianto- terbilang paling sukses.
Meski demikian, ia punya penyesalan paling mendalam.
Penyesalan itu karena meski jadi Wakapolri ia tidak sempat membahagiakan sang ibunda.
Sang ibunda Sri Sudaryati berpulang saat sang jenderal bintang tiga itu masih menjalani pendidikan tingkat satu di Akpol 1986.
Cerita itu disampaikan langsung oleh adik bungsu Jenderal Agus Andrianto, Agus Oni Setiawan.
“Beliau (Komjen Agus Andrianto, Red) pernah bercerita kepada saya. Satu hal yang sangat membuat sesal beliau adalah belum sempat membahagiakan ibu kandung kami,” tambahnya.
Saat kehilangan sang ibu itu, semua anak merasa sangat kehilangan. Termasuk Komjen Pol Agus Andrianto.
Kasus-Kasus Besar yang Ditangani Wakapolri Komjen Pol Agus Andrianto
1. Pembunuhan Hakim Jamaluddin
Pembunuhan Hakim PN Medan, Jamaluddin, terjadi pada tahun 2019.
Jamaluddin tewas di dalam mobil yang terperosok di Dusun II Nako Rindang, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, pada Jumat, 29 November 2019. Saat itu, jasad korban terbaring di kursi belakang mobil.
Agus Andrianto memastikan bahwa Jamaluddin menjadi korban pembunuhan oleh orang dekatnya.
Sebelum mengungkap pelaku, Agus pindah jabatan baru sebagai Kabaharkam Polri.
Setelah penyelidikan, istri Jamaluddin, Zuraida Hanum, merupakan dalang pembunuhan ini, ada dua eksekutor yang membantunya.
2. Bom Bunuh Diri Polrestabes Medan
Bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan terjadi pada 13 November 2019.
Pelaku, Rabbial Muslim Nasution, berusia 24 tahun, memasuki Mapolrestabes dengan memakai jaket ojek online. Rabbial meledakkan bom di tubuhnya setelah menuju halaman dekat kantin.
Akibat kejadian ini, Densus 88 Antiteror menangkap 23 tersangka.
Mereka berlatih di Kabupaten Karo, dan penggeledahan menemukan senjata rakitan. Tiga dari 23 tersangka tewas dalam operasi penangkapan.
3. Pembunuhan Eks Caleg di Labuhanbatu
Polda Sumut menangkap lima orang dalam kasus pembunuhan eks caleg NasDem, Maraden Sianipar, dan simpatisannya, Martua P Siregar.
Konflik lahan perkebunan sawit di Labuhanbatu yang melatarbelakangi kasus ini.
Para pelaku memiliki peran berbeda dalam pembunuhan ini, dan dalangnya adalah WP alias Harry, pemilik kebun sawit KSU Amelia, yang membiayai eksekusi dengan bayaran Rp 40 juta.
4. Kasus Penistaan Agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Komjen Pol Agus Andrianto turut menangani kasus penistaan agama yang melibatkan eks Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada 27 September 2016.
Pelaporan Ahok oleh sejumlah ormas ke polisi, dan pada 16 November 2016, jaksa menuntut Ahok dengan hukuman penjara satu tahun dan masa percobaan dua tahun.
5. Kasus Ferdy Sambo
Saat menjabat sebagai Kepala Kabareskrim, Agus Andrianto mengungkap peran Ferdy Sambo dalam pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Bharada E menembak Brigadir J atas perintah Irjen Ferdy Sambo, yang juga membuat skenario tembak-menembak di rumah dinasnya di Komplek Polri Duren Tiga.
Empat tersangka dalam kasus ini terkena Pasal 340 subsider Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Sumber Berita : Radar Kudus